Selasa, 02 Mei 2017

STRATEGI MEMBANTU KLIEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Strategi pembantu klien dalam mengambil keputusan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untukmenyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan.Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.

 Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan
1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya dan memberi kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternatife pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negatife.
3. Membantu klien mengefaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya
 Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.
Lingkungan Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah.Pengambilan keputusan yang baik harus mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya.
Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik
          1. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
          2. Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
          3. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (positif dan negatif).

Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan
1. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
3.  Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
4. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.

Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1.    Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik(tidak berat dan tidakmemforsir tenaga). Menghindari tingkah laku yang menimbulkan ketidaksenangandan memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
2.    Emosional
Setiap orang memiliki tingkat emosional yang berbeda. Jika pengambilan keputusan  terjadi pada perempuan sebuah keputusan sudah akan berbeda dengan keputusan yang akan diambil seorang laki-laki. Seorang perempuaan memiliki  Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3.    Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual). Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.    Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri).
5.   Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6.    Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan bias mendukungmaupun mengkritik

Tipe-tipe pengambilan keputusan
Tipe-tipe pengambilan keputusan menurut ( Saraswati I, Tarigan L.H, 2002), antara lain:
1.      Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak sanggup.
2.      Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan, karena
keputusan tersebut dirasakan paling tepat.
3.   Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4.   Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan
tergesa-gesa.
5.    Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang
bertanggung jawab.
6.    Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan       berbagai pilihan.

Pemberian informasi efektif
Pemberian informasi efektif bila:
1. Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam mengambil keputusan.
2. Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
3. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
    a. Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yang perlu diingat klien)
    b. Menggunakan bahasa sederhana
    c. Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
    d. Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-hal penting.

Saat-saat sulit dalam KIP/K
1.         Diam
     Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
Ø  Penolakan atau kebingungan klien.
Ø  Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan apa selanjutnya.
Ø  Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
Ø  Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
Ø  Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
Ø  Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
Ø  Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi emosional sebelumnya.
Hal yang harus dipahami saat klien diam :
Ø  Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.
Ø  Bila terjadi di awalpertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa mengatakan : “saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
Ø  Bila klien diam karenamarah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu sekarang?”, diikuti hening beberapa saat, pandang klien dan perlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.
Ø  Bila diam di tengahpertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak nyaman.
Ø  Bila klien diam karenaberfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau menunjukkan sikap tidak menerima.
2.         Klien Menangis
Tenangkan klien denganmenyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien) secara hati-hati.
3.         Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
Ø  Biasa terjadi jikakonselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah seperti harapan klien.
Ø  Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
Ø  Konselor dapat mengatakanpada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
4.         Konselor melakukan kesalahan
Dalam banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor mungkin salah mengartikan maksud kata – kata klien, konselor mungkin tidak konsentrasi sehingga bertanya berkali – kali pada klien tentang suatu hal, konselor mungkin memberikan informasi yang salah, konselor mungkin merasa malu atau marah karena ucapan klien. Hal utama yang terpenting untuk menciptakan hubungan yang baik dengan klien adalah bersikap jujur. Menghargai klien adalah salah satu hal yang penting dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien dapat ditunjukkan dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan kesalahan. Minta maaflah apabila salah atau keliru. Misalnya konselor dapat mengatakan : maaf saya lupa bahwa tadi ibu sudah mengatakan kalau ibu sudah memiliki tiga orang anak. Seandainya konselor tersinggung atau marah karena kata – kata klien, konselor perlu menyadari dan dapat mengatakan penyesalan. Perlu diketahui bahwa apapun reaksi emosi konselor, akan dirasakan klien. Semakin terbuka perasaan kita selama pertemuan dengan klien maka semakin terbuka pula perasaan klien.
5.         Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Hal ini merupakan merupakan kecemasan yang biasa diutarakan oleh konselor. Seperti situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien. Konselor dapat menunjukkan sumber lain untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa dasar pengetahuan akan lebih berpengaruh negatif dalam hubungan dengan klien yang sudah terbina dengan baik, lebih baik mengakui keterbatasan pengetahuan konselor.
6.         Klien menolak bantuan konselor
Pada pertemuan pertama penting sekali menjajagi mengapa dan apa yang mendasari atau mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak klien yang merasa terpaksa datang, mungkin karena diperintah oleh mertua, mungkin karena takut mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya, dsb. Membuka pembicaraan dengan menanyakan mengapa mereka datang ke klinik akan sangat membantu . Selanjutnya, kita dapat mengatakan : ”Saya dapat mengerti perasaan ibu, saya senang ibu datang hari ini untuk mendiskusikan tentang kondisi kesehatan ibu, kita punya waktu untuk membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan ibu”. Kalau klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin ia mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
7.         Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita semakin mengenal. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.”. biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai klien.
8.         Waktu yang dimiliki konselor terbatas.
Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan konselor berharap bertemu klien pada pertemuan selanjutnya.
9.         Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
Kadang-kadang ”rapport” yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan berarti konseling harus diakhiri atau mengirimkan klien kepada konselor lain. Akan lebih baik konselor minta pendapat kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak klien. Segala kemungkinannya perlu dijajagi. Salah satu aspek penting dari pelatihan adalah bahwa konselor belajar mengatasi situasi yang tidak nyaman bagi dirinya sebelum konseling yang sesungguhnya dilakukan. Mengirim atau meminta klien pergi tidak akan membantu, tetapi mungkin berpengaruh buruk pada klien. Lebih baik mencoba melanjutkan konseling, terutama dengan membuat klien merasa llebih nyaman tentang dirinya sendiri.
10.     Klien dan konselor sudah saling mengenal
       Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akantetap terjaga, jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengansikap diluar konseling terhadap klien sebagai temannya. Pada kelompok masyarakat kecil biasanya antara konselor dan klien sudah saling kenal. Kalau hubungan ini biasa-biasa saja(tidak terlalu akrab), konselor dapat melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu ditekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, dan konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai temannya. Apabila hubungan konselor dan klien sudah sangat akrab, perlu disampaikan pada klien bahwa lebih baik pindah ke konselor lain yang melayani konseling berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini dapat sangat mempengaruhi jalannya konseling.
11.     Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic
Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien terus-menerus mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat perlu dipotong pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu, apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan sesuatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada kesulitan yang disampaikan ?” Pertanyaan seperti ini membantu klien memfokuskan kembali percakapan.
12.     Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.
Hubungan konselor-klien adalah hubungan profesional, bukan hubungan sosial. Hal ini penting karena dengan demikian konselor bersikap berbeda dengan sikap orang lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit dimengerti klien pada awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan hangat. Resiko dari hubungan seperti ini adalah konselor mendapat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi dari klien yang harus dijawab. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan karena beberapa alasan. Hal ini akan mengalihkan perhatian konselor dari klien. Hal ini akan mengarah pada serangkaian pertanyaan yang pada awalnya bersifat ringan saja, lama kelamaan pertanyaan akan menjurus kepada masalah-masalah pribadi yang tidak ingin dijawab konselor. Hal ini akan menimbulkan salah pengertian pada klien, seakan ada hal yang salah pada konselor atau pada klien karena perhatian pada masalah tersebut. Kadang-kadang klien ingin tahu apakah konselor pernah mengalami hal yang sama. Jawaban ”YA” akan membuat klien tidak yakin konselor dapat menolong. Sementara kalau dijawab ”TIDAK” klien akan merasa konselor tidak tahu masalahnya. Akan lebih baik apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi konselor yang menyatakan bahwa kalau konselor bercerita tentang dirinya tidak akan membantu klien , oleh karena itu lebih baik tidak bercerita. Klien akan menerima aturan ini. Hal ini akan lebih baik daripada menjawab sebagian saja dari pertanyaan klien, bukan semuanya, atau lebih-lebih mengelak karena akan merusak kepercayaannya/keterbukaan klien terhadap konselor.
13.     Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional pada klien, karena klien akan mengamati hal itu.
14.     Keadaan kritis
Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.

Kesulitan Saat Konseling
Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor pemula antara lain :
1.      Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini.
2.      Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan.
3.      Penerimaan yang berlebihan.
4.      Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.
5.      Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
6.      Merenungkan setelah sesi yang sulit.

 Upaya untuk mengatasi kesulitan
1.  Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa    mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2.  Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah penerimaan klien.
3.  Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
4.  Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
     Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup.
Karakteristiknya meliputi :
a.  Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir     otomatik, menekankan kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
b.  Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi, berorientasi
 pada perubahan yang bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar