Strategi
pembantu klien dalam mengambil keputusan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untukmenyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama
yang berhubungan dengan kebidanan.Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien,
bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan
1. Membantu klien
meninjau kemungkinan pilihannya dan memberi kesempatan klien untuk melihat lagi
beberapa alternatife pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap
pilihannya.
2. Membantu klien dalam
mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan atau
konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negatife.
3. Membantu klien
mengefaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati
pilihannya.
4. Membantu klien
menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya
Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih
alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan
terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang
dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan
keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai
efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.
Lingkungan
Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal
meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan
suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu
rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen
tidak bergairah.Pengambilan keputusan yang baik harus mempertimbangkan kondisi,
kehendak dan konsekuensinya.
Langkah
dalam pengambilan keputusan yang baik
1.
Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2.
Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3.
Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (positif dan negatif).
Hal-hal
yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan
1. Hati-hati dan bersikap
bijaksana dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan masalah
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah
klien diberi informasi secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan
situasinya.
2. Bantu klien dalam
pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan riwayat
kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
3. Keputusan
merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
4. Konseling bukan proses
informasi, melainkan informasi setelah konselor memperoleh data atau informasi
tentang keadaan dan kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan
kondisi klien dan kebutuhannya.
Faktor Yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik, (tidak berat dan tidakmemforsir tenaga). Menghindari tingkah laku yang menimbulkan ketidaksenangandan memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
2. Emosional
Setiap orang memiliki
tingkat emosional yang berbeda. Jika pengambilan keputusan terjadi pada perempuan sebuah
keputusan sudah akan berbeda dengan keputusan yang akan diambil seorang
laki-laki. Seorang perempuaan memiliki Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan
yang diambil.
3. Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan
(orang terpelajar dan intelektual). Orang mendapat informasi,
memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya
(untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri).
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan
social. Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup social,
ekonomi dan politik. Lingkungan bias mendukungmaupun mengkritik
Tipe-tipe
pengambilan keputusan
Tipe-tipe
pengambilan keputusan menurut ( Saraswati I, Tarigan L.H, 2002), antara lain:
1. Pengambilan
keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak
sanggup.
2. Pengambilan
keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan, karena
keputusan tersebut
dirasakan paling tepat.
3. Pengambilan
keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4. Pengambilan
keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan
tergesa-gesa.
5. Pengambilan
keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang
bertanggung jawab.
6. Pengambilan
keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai
pilihan.
Pemberian
informasi efektif
Pemberian
informasi efektif bila:
1. Informasi yg diberikan
spesifik, dapat membantu klien dalam mengambil keputusan.
2. Informasi disesuaikan
dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
3. Diberikan dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
a.
Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yang perlu diingat klien)
b.
Menggunakan bahasa sederhana
c.
Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
d.
Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-hal penting.
Saat-saat
sulit dalam KIP/K
1. Diam
Makna
“diam” (tidak bersuara) antara lain :
Ø Penolakan
atau kebingungan klien.
Ø Klien dan
konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan apa
selanjutnya.
Ø Kebingungan
karena kecemasan atau kebencian.
Ø Klien
mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
Ø Klien
mengharapkan sesuatu dari konselor.
Ø Klien sedang
memikirkan apa yang dikatakan.
Ø Klien baru
menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi emosional sebelumnya.
Hal yang harus dipahami
saat klien diam :
Ø Klien tidak
mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.
Ø Bila terjadi
di awalpertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa mengatakan : “saya
mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama
klien-klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
Ø Bila klien
diam karenamarah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu sekarang?”,
diikuti hening beberapa saat, pandang klien dan perlihatkan sikap tubuh yang
menunjukkan perhatian.
Ø Bila diam di
tengahpertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai
mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri kesempatan
pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak
nyaman.
Ø Bila klien
diam karenaberfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau menunjukkan
sikap tidak menerima.
2. Klien
Menangis
Tenangkan
klien denganmenyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien)
secara hati-hati.
3. Konselor
meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
Ø Biasa
terjadi jikakonselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah
seperti harapan klien.
Ø Misalnya
pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
Ø Konselor
dapat mengatakanpada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien
menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
4. Konselor
melakukan kesalahan
Dalam
banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor mungkin salah mengartikan
maksud kata – kata klien, konselor mungkin tidak konsentrasi sehingga bertanya
berkali – kali pada klien tentang suatu hal, konselor mungkin memberikan
informasi yang salah, konselor mungkin merasa malu atau marah karena ucapan
klien. Hal utama yang terpenting untuk menciptakan hubungan yang baik dengan
klien adalah bersikap jujur. Menghargai klien adalah salah satu hal yang
penting dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien dapat ditunjukkan
dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan kesalahan. Minta maaflah
apabila salah atau keliru. Misalnya konselor dapat mengatakan : maaf saya lupa
bahwa tadi ibu sudah mengatakan kalau ibu sudah memiliki tiga orang anak.
Seandainya konselor tersinggung atau marah karena kata – kata klien, konselor
perlu menyadari dan dapat mengatakan penyesalan. Perlu diketahui bahwa apapun
reaksi emosi konselor, akan dirasakan klien. Semakin terbuka perasaan kita
selama pertemuan dengan klien maka semakin terbuka pula perasaan klien.
5. Konselor
tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Hal
ini merupakan merupakan kecemasan yang biasa diutarakan oleh konselor. Seperti
situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor tidak dapat
menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut
untuk klien. Konselor dapat menunjukkan sumber lain untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa dasar pengetahuan akan lebih
berpengaruh negatif dalam hubungan dengan klien yang sudah terbina dengan baik,
lebih baik mengakui keterbatasan pengetahuan konselor.
6. Klien
menolak bantuan konselor
Pada
pertemuan pertama penting sekali menjajagi mengapa dan apa yang mendasari atau
mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak klien yang merasa terpaksa
datang, mungkin karena diperintah oleh mertua, mungkin karena takut mengetahui
ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya, dsb. Membuka pembicaraan dengan
menanyakan mengapa mereka datang ke klinik akan sangat membantu . Selanjutnya,
kita dapat mengatakan : ”Saya dapat mengerti perasaan ibu, saya senang ibu
datang hari ini untuk mendiskusikan tentang kondisi kesehatan ibu, kita punya
waktu untuk membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan ibu”. Kalau klien sama
sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif, paling tidak ia
sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin ia mau mempertimbangkan
kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
7. Klien
merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
Konselor
sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang kadang awalnya merasa lebih
nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya, menurut
pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita semakin
mengenal. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.”.
biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor
bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai klien.
8. Waktu
yang dimiliki konselor terbatas.
Konselor
memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan
sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan konselor berharap bertemu klien
pada pertemuan selanjutnya.
9. Konselor
tidak menciptakan hubungan yang baik
Kadang-kadang
”rapport” yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan berarti konseling
harus diakhiri atau mengirimkan klien kepada konselor lain. Akan lebih baik
konselor minta pendapat kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk
mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap
klien yang membuat konselor merasa ditolak klien. Segala kemungkinannya perlu
dijajagi. Salah satu aspek penting dari pelatihan adalah bahwa konselor belajar
mengatasi situasi yang tidak nyaman bagi dirinya sebelum konseling yang
sesungguhnya dilakukan. Mengirim atau meminta klien pergi tidak akan membantu,
tetapi mungkin berpengaruh buruk pada klien. Lebih baik mencoba melanjutkan
konseling, terutama dengan membuat klien merasa llebih nyaman tentang dirinya
sendiri.
10. Klien
dan konselor sudah saling mengenal
Konselor
melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akantetap terjaga,
jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengansikap diluar
konseling terhadap klien sebagai temannya. Pada kelompok masyarakat kecil
biasanya antara konselor dan klien sudah saling kenal. Kalau hubungan ini biasa-biasa
saja(tidak terlalu akrab), konselor dapat melayani seperti pada umumnya, tetapi
perlu ditekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, dan konselor akan
bersikap sedikit berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai
temannya. Apabila hubungan konselor dan klien sudah sangat akrab, perlu
disampaikan pada klien bahwa lebih baik pindah ke konselor lain yang melayani
konseling berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini dapat sangat mempengaruhi
jalannya konseling.
11. Klien
berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic
Situasi
ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-sama
menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien
terus-menerus mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat perlu dipotong
pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu, apakah ibu tegang
atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan sesuatu hal yang
sama berulang-ulang, apakah ada kesulitan yang disampaikan ?” Pertanyaan seperti
ini membantu klien memfokuskan kembali percakapan.
12. Klien
bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.
Hubungan
konselor-klien adalah hubungan profesional, bukan hubungan sosial. Hal ini
penting karena dengan demikian konselor bersikap berbeda dengan sikap orang
lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit dimengerti klien pada
awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan hangat. Resiko dari
hubungan seperti ini adalah konselor mendapat pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat pribadi dari klien yang harus dijawab. Hal ini sebaiknya tidak
dilakukan karena beberapa alasan. Hal ini akan mengalihkan perhatian konselor
dari klien. Hal ini akan mengarah pada serangkaian pertanyaan yang pada awalnya
bersifat ringan saja, lama kelamaan pertanyaan akan menjurus kepada
masalah-masalah pribadi yang tidak ingin dijawab konselor. Hal ini akan
menimbulkan salah pengertian pada klien, seakan ada hal yang salah pada
konselor atau pada klien karena perhatian pada masalah tersebut. Kadang-kadang
klien ingin tahu apakah konselor pernah mengalami hal yang sama. Jawaban ”YA”
akan membuat klien tidak yakin konselor dapat menolong. Sementara kalau dijawab
”TIDAK” klien akan merasa konselor tidak tahu masalahnya. Akan lebih baik
apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi konselor yang menyatakan bahwa kalau
konselor bercerita tentang dirinya tidak akan membantu klien , oleh karena itu
lebih baik tidak bercerita. Klien akan menerima aturan ini. Hal ini akan lebih
baik daripada menjawab sebagian saja dari pertanyaan klien, bukan semuanya,
atau lebih-lebih mengelak karena akan merusak kepercayaannya/keterbukaan klien
terhadap konselor.
13. Konselor
merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Sebaiknya
jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional pada
klien, karena klien akan mengamati hal itu.
14. Keadaan
kritis
Komunikasikan
dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan
dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk
mengatasi keadaan.
Kesulitan
Saat Konseling
Beberapa
kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor pemula
antara lain :
1.
Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini.
2.
Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan.
3.
Penerimaan yang berlebihan.
4.
Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.
5.
Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
6.
Merenungkan setelah sesi yang sulit.
Upaya untuk mengatasi kesulitan
1. Tiap
individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa mengatasi
kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2. Untuk
memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah penerimaan
klien.
3. Menguasai
ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien dengan
bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
4. Meletakkan
kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Kearifan
merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara langsung pada ketrampilan dan pemahaman
hidup.
Karakteristiknya
meliputi :
a. Aspek
afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi
(menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola
berfikir otomatik, menekankan kesadaran tindakan
dan pilihan yang bertanggungjawab).
b. Aspek
kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi, berorientasi
pada
perubahan yang bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar